Home - Anemia

Penyuluhan Anemia Dalam Upaya Peningkatan Pengetahuan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Gesi, Kabupaten Sragen

 

Aruji H., Chandra S K., Dodi N. S., Qiqi Dwi Q., Mawar N., Megasiwi, Niken W., Shanti K., Sinta M., Suryo P.

PBL FK UNS Surakarta, April 2007.


BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENYULUHAN

DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang            

Anemia termasuk dalam empat permasalahan utama kesehatan gizi di Indonesia. Banyak etiologi yang mendasari terjadinya anemia, salah satunya adalah defisiensi zat gizi. Zat gizi tersebut antara lain asam folat, vitamin B12 dan besi. Dari ketiganya yang paling sering terjadi adalah anemia defisiensi besi. Penyebab utama anemia defisiensi besi adalah infeksi cacing tambang yang masih menjadi masalah kesehatan yang besar di Indonesia.

Infeksi cacing tambang tersebut yang paling sering terjadi adalah diakibatkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator Americanus. Infeksi kedua jenis cacing tersebut merupakan penyebab terpenting anemia defisiensi  besi. Selain itu, infeksi cacing tambang juga merupakan penyebab hipoproteinemia yang terjadi akibat kehilangan albumin karena perdarahan kronik pada saluran cerna, dan ini sangat merugikan proses tumbuh kembang anak dan berperan besar dalam mengganggu kecerdasan anak usia sekolah.

               Untuk daerah Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen sendiri, data lengkap mengenai kasus anemi yang didukung oleh hasil laboratorium belum memadai. Namun, terdapat data kunjungan pasien dengan diagnosa anemia yang cukup banyak. Pada bulan Januari, Februari, Maret 2007, tercatat secara berturut- urut sebanyak 9, 9, dan 10 pasien anemia di Puskesmas Gesi, Kabupaten Sragen.  Selain itu, pihak puskesmas Kecamatan Gesi juga mengharapkan untuk diadakan penyuluhan tentang topik tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat yang akan dilakukan di Kecamatan Gesi, Kabupatan Sragen.

 

B. Perumusan Masalah    

Bagaimana upaya peningkatan pengetahuan anemia di wilayah Puskesmas Gesi Kabupaten Sragen ?

 

C. Tujuan

  1. Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gesi, Kabupaten Sragen pada umumnya.

  1. Tujuan Khusus

a.      Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai anemia, gejala-gejala serta usaha penanggulangannya

b.      Meminimalisasikan angka kejadian anemia di wilayah puskesmas Gesi Kabupaten Sragen.

 

D. Manfaat

1.            Manfaat Teoritis

a.       Mahasiswa mampu merancang suatu bentuk komunikasi dengan    masyarakat.

b.      Mahasiswa mampu melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada kelompok masyarakat dalam bentuk komunikasi dua arah.

2.            Manfaat Praktis

a.   Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai anemia

b.   Meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap gejala-gejala anemia

c.   Membantu masyarakat agar mampu mendeteksi mengenai keadaan anemia  sedini mungkin

d.   Membantu puskesmas dalam upaya mencegah timbulnya kasus anemia wilayah kecamatan Gesi Kabupaten Sragen

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A. Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I)

1. Definisi

Pengalaman belajar lapangan (PBL) bukanlah suatu "ilmu" melainkan suatu pendidikan yang berintegrasi dimana mahasiswa kedokteran untuk pertama kalinya 'kontak' dengan masyarakat. Secara khusus Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) menitikberatkan pada penyampaian informasi tentang ilmu-ilmu kesehatan yang telah diperoleh selama proses pendidikan kedokteran. Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) merupakan program belajar mengajar yang dilaksanakan berdasarkan masalah yang timbul dalam masyarakat. Fakultas Kedokteran UNS mengadakan program ini yang dimulai dari PBL I berupa kegiatan penyuluhan kepada masyarakat.

2. Manfaat Kegiatan

Dokter dituntut mempunyai kompetensi mendidik dan mengikutsertakan masyarakat untuk meningkatkan taraf kesehatannya, oleh karena itu mahasiswa perlu memiliki pengetahuan dan ketrampilan agar mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi, persuasi, menjual ide, menggerakkan masyarakat, dan sebagainya.

3. Deskripsi Kegiatan

Kegiatan ini dimulai dengan mengidentifikasi fenomena-fenomena yang sering terjadi di daerah penyuluhan. Identifikasi masalah didapatkan dari profil kesehatan masyarakat di daerah penyuluhan. Setelah mengetahui berbagai masalah yang ada, dipilih satu masalah pokok sebagai prioritas berdasarkan tingginya angka morbiditas, angka mortalitas dan endemisitas. Kemudian dibuat materi penyuluhan yang sesuai dengan prioritas masalah tersebut dengan suatu metode dan media yang sesuai dengan situasi, kondisi, latar belakang kebudayaan, ekonomi, sosial, dan politik di daerah penyuluhan. Dan sebagai langkah terakhir dilakukan penyuluhan kepada masyarakat.

4. Tujuan Instruksional

a. Umum

Mahasiswa mampu atau dapat :

1)   Merancang suatu bentuk komunikasi dengan masyarakat.

2)   Melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada kelompok masyarakat.

b. Khusus

1)      Mendiskripsikan masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

2)      Menyusun prioritas masalah kesehatan masyarakat yang perlu dipecahkan.

3)      Memilih materi penyuluhan yang akan diberikan.

4)      Memilih metode penyuluhan yang tepat dan benar.

5)      Mempersiapkan materi penyuluhan.

6)      Membuat media penyuluh.

7)      Mempraktekkan penyuluhan kesehatan pada kelompok kesehatan.

8)      Menggerakkan anggota masyarakat untuk melaksanakan cara hidup sehat.

9)      Menyusun laporan kegiatan penyuluhan.

5. Strategi Kegiatan

a.       Diskusi : mendiskusikan dengan pembimbing dan kelompok mahasiswa   tentang materi, metode, media penyuluhan, serta kelompok sasaran penyuluhan.

b.      Demonstrasi : pembimbing mendemonstrasikan penyampaian materi  dengan metode dan media penyuluhan secara tepat dan benar.

c. Latihan : mahasiswa mempertunjukan penyampaian materi penyuluhan    dengan metode dan media secara tepat dan benar di hadapan pembimbing.

d.  Praktek : mahasiswa mempraktekan penyampaian materi penyuluhan metode dan media secara tepat dan benar di hadapan masyarakat.

6. Kerangka Berpikir Konseptual

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


B. Anemia

1.      Definisi

Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Zat ini dibuat di dalam sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi baik karena sel darah merah mengandung terlalu sedikit hemoglobin maupun karena jumlah darah itu tidak cukup. Hemoglobin sendiri dibuat dari zat besi dan protein yang didapat dari makanan atau simpanan dalam tubuhnya (C.E Stroud, 1994).

Dikatakan sebagai anemia bila konsentrasi hemoglobin kurang dari 13,5 g/dl pada laki- laki dewasa dan kurang dari 11,5 g/dl pada wanita dewasa, walaupun beberapa orang memakai 14 g/dl dan 12 g/dl sebagai batas terendah normal pada orang dewasa (Suparyatmo, 2003).

Anemia defisiensi besi merupakan suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah berada di bawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) sebagai faktor pematangan eritrosit (Medicastore, 2004).

Anemia defisiensis besi masih (menetap) dalam urutan anemia yang terbanyak, baik di negara maju dan terlebih lagi di negara berkembang. Pada anak- anak kurang gizi, infeksi cacing tambang merupakan penyebab utama terutama di daerah pedesaan. Pada orang dewasa penyebabnya sangat bervariasi dari cacing tambang, gangguan absorbsi, kebutuhan meningkat, dan kehilangan besi karena perdarahan (Suparyatmo, 2003).

2.      Patofisiologi

a. Anemia defisiensi besi

Pada anemia defisiensi besi terjadi secara bertahap melalui beberapa stadium. Gejala baru timbul pada stadium lanjut (Medicastore, 2004).

§         Stadium 1

Kehilangan zat besi melalui asupannya, sehingga menghabiskan cadangan dalam tubuh, terutama sumsum tulang.

Kadar ferritin (protein yang menampung zar besi) dalam darah berkurang.

§         Stadium 2

Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya sedikit.

§         Stadium 3

Mulai terjadi anemia

Mulai stadium ini sel darah merah tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit.

Kadar hemoglobin dan hematokrit menurun

§         Stadium 4

Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia defisiensi besi.

§         Stadium 5

Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan.kekurangan zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia defisiensi besi.

b. Anemia cacing tambang                                  

Sedangkan pada anemia cacing tambang, adalah sebagai akibat pengeluaran darah secara kronis dalam faeses (C.E. Stroud, 1994) dan terjadi  penghisapan darah oleh cacing tersebut di dalam usus (Hasto Prianggoro, 2001). Selain  itu, infestasi cacing tambang ini juga dapat memperberat keadaan anemia terutama daerah pedesaan (Huasini, 1989). Ini merupakan bentuk yang jelas dari anemia defisiensi, akibat kekurangan zat besi dan protein.

Cacing tambang memiliki alat pengait seperti gunting yang membantu melekatkan dirinya pada mukosa dan submukosa jaringan intestinal. Setelah terjadi pelekatan, otot esofagus cacing menyebabkan tekanan negatif yang menyedot gumpalan jaringan intestinal ke dalam kapsul bukal cacing. Akibat kaitan ini terjadi ruptur kapiler dan arteriol yang menyebabkan perdarahan. Pelepasan enzim hidrolitik oleh cacing tambang akan memperberat kerusakan pembuluh darah. Hal itu ditambah lagi dengan sekresi berbagai antikoagulan termasuk diantaranya inhibitor faktor VIIa (tissue inhibitory factor). Cacing ini kemudian mencerna sebagian darah yang dihisapnya dengan bantuan enzim hemoglobinase, sedangkan sebagian lagi dari darah tersebut akan keluar melalui saluran cerna. Masa inkubasi mulai dari bentuk dewasa pada usus sampai dengan timbulnya gejala klinis seperti nyeri perut, berkisar antara 1-3 bulan. Untuk meyebabkan anemia diperlukan kurang lebih 500 cacing dewasa. Pada infeksi yang berat dapat terjadi kehilangan darah sampai 200 ml/hari, meskipun  pada umumnya didapatkan perdarahan intestinal kronik yang terjadi perlahan-lahan. Terjadinya anemia defisiensi besi pada infeksi cacing tambang tergantung pada status besi tubuh dan gizi pejamu, beratnya infeksi (jumlah cacing dalam usus penderita), serta spesies cacing tambang dalam usus. Infeksi A. duodenale menyebabkan perdarahan yang lebih banyak dibandingkan N. americanus (Manalu, Biran, 2006).

3.      Etiologi

a.       Anemia defisiensi besi

·       Gangguan asupan atau absorpsi besi (diet jelek, gangguan GIT kronik, diare, penyakit intestinal, muntah berulang, pemberian makanan tambahan yang tidak sempurna pada bayi, malabsorpsi besi, malnutirisi)

·       Kebutuhan besi yang meningkat (pada bayi dan pertumbuhan anak, infeksi akut berulang dan menahun, wanita hamil dan menyusui)

·       Deppo besi yang berkurang pada berat lahir rendah dan kembar

·       Kombinasi dari etiologi di atas

b.      Anemia cacing tambang

Kehilangan darah secara kronik pada saluran cerna dalam faeses (C.E. Stroud, 1994) dan terjadi penghisapan darah oleh cacing tersebut di dalam usus (Hasto Prianggoro, 2001). Perdarahan kronik dan penghisapan darah oleh cacing tersebut juga dapat mengakibatkan terjadinya hipoproteinemia.

4.      Gejala klinik

a.  Anemia ringan (Hb 10-12 g/dl)

§         Rasa mudah lelah, lemah, letih, lunglai, lalai

§         Mata berkunang- kunang

§         Gelisah dan keringat dingin

§         Susah konsentrasi

§         Sakit kepala dan pusing

§         Mudah mengantuk

§         Nafsu makan berkurang

b. Anemia sedang (Hb 8-10 g/dl)

§         Demam meningkat

§         Jantung sering berdebar-debar (terutama saat olahraga)

§         Pika (suatu keinginan memakan zat yang bukan makanan seperti es batu, kotoran, atau kanji)

§         Keilosis (bibir pecah-pecah)

§         Glositis (iritasi lidah)

§         Wajah pucat

§         Koilonikia (kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok)

§         Nyeri perut (akibat cacing tambang)

c.  Anemia berat (Hb 6-8 g/dl)

§         Payah jantung

§         Pernafasan cepat

§         Pembesaran hati

§         Sesak nafas

5.      Komplikasi

§         Kelainan jantung, seperti gagal jantung dan angina pektoris

§         Edema akibat hipoproteinemia

§         Stroke

6.      Diagnosa

1.      Anamnesa

Riwayat medik : riwayat penyakit terdahulu dan sekarang, faktor-faktor yang  mempengaruhi penyakit.

Riwayat makan berhubungan dengan asupan gizi

2.      Pemeriksaan fisik sampai dengan antoprometri

Deteksi gejala-gejala gangguan yang berhubungan dengan zat besi

Bandingkan tinggi badan dan berat badan menurut umur

3.      Pemeriksaan laboratorium

Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization/ WHO (1968, 1972) menetapkan kriteria untuk diagnosis anemia defisiensi besi sebagai berikut :

·       Hemoglobin kurang dari nilai normal sesuai dengan umurnya.

                      Nilai-nilai normal adalah :

                        * Anak umur 6 bulan sampai 6 tahun                 11 g/100 ml

                        * Anak umur 6 tahun sampai 14 tahun   12 g/100 ml

                        * Laki-laki dewasa                                           13 g/100 ml

                        * Wanita dewasa tidak hamil                             12 g/100 ml

                         * Wanita dewasa hamil                                    11 g/100 ml

·       Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER)

                     Kurang dari 31% (nilai normal 32-35%).

·       Besi serum

                     Kurang dari 50 ug/100 ml (nilai normal 80-180 ug/100 ml).

·       Jenuh transferin

                         Kurang dari 15% (nilai normal 20-50%)

7.      Pengobatan

a.       Anemia defisiensi besi

§         Makan makanan yang mengandung zat besi seperti daging, telur, susu, tahu dan tempe, sayuran hijau dan buah- buahan.

§         Mengkonsumsi suplemen penambah zat besi.

§         Mengkonsumsi vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

§         Obat-obatan  :

a       Secara oral : kapsul/ tablet yang berisi garam besi (sulfat, glukonat, fumarat, suksinat) 150 – 200 mg, 3-4 kali sehari sebelum makan.

b.      Secara parenteral : besi yang dibutuhkan lebih banyak daripada oral dengan rumus (Hb N-Hbs x BB x 2,2).

b.      Anemia cacing tambang

§         Memberikan obat pembasmi cacing (antihelmintik) seperti: Pirantel Pamoate, Mebendazol, Albendazol, Thiabendazol, Metronidazole, dan sebagainya. Pada wanita hamil tidak boleh diberikan obat cacing Pirantel Pamoat dan juga Mebendazol.

§         Diet tinggi protein dan suplemen besi untuk mengatasi anemia dan hipoproteinemia.

§         Menghentikan perdarahan yang dapat menyebabkan kekurangan zat besi. Jika terjadi perdahan yang hebat (>200 ml/ hari) diperlukan transfusi darah, demikian juga jika terjadi penyakit jantung anemi.

8.      Pencegahan

a.       Anemia defisiensi besi

§         Memenuhi gizi seimbang, seperti sayur- sayuran, buah- buahan, protein, dan sebagainya terutama makanan yang banyak mengandung zat besi secara teratur.

§         Beberapa makanan yang banyak mengandung zat besi, antara lain:

ü      Dalam jumlah tinggi (lebih dari 5 mg/100 gr): hati, jantung, kuning telur, ragi, kerang, kacang- kacangan, dan buah- buahan kering tertentu.

ü      Dalam jumlah sedang (1- 5mg/100 gr): daging, ikan, unggas, sayuran berwarna hijau dan biji- bijian.

ü      Dalam jumlah rendah (kurang dari 1 mg/100 gr): susu atau produknya, sayuran yang kurang berwarna hijau.

§         Minum tablet besi selama hamil.

§         Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

§         Minum kopi dan teh setelah makan dapat menghambat penyerapan zat besi.

§         Menerapkan gaya hidup sehat seperti menghindari alkohol dan obat-obatan yang dapat mengakibatkan defisiensi zat besi.

b.      Anemia cacing tambang

§         Menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakit infeksi seperti cacing.

§         Cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

§         Pemakaian alas kaki.

§         Belum terdapat vaksin cacing tambang yang efektif untuk manusia.

 

C. Kerangka Berpikir  Operasional    

        :

 

BAB III

METODE PENYULUHAN

 

A. Metode

 Metode penyuluhan yang digunakan adalah metode komunikasi dua arah (two way traffic), di mana komunikasi tersebut melibatkan dua pihak, yakni mahasiswa sebagai komunikator dan masyarakat sebagai komunikan.

Metode yang digunakan antara lain :

1Ceramah ( lecture)

aTujuan :

o       Menyajikan data atau bahan secara langsung dan cara yang lain.

o       Menyajikan suatu pandangan tentang masalah yang menarik.

o       Menyampaikan suatu gagasan.

o       Merangsang untuk berpikir dan belajar lebih lanjut tentang suatu masalah.

o       Menyajikan suatu masalah untuk dibahas bersama.

b.  Keuntungan :

o       Cocok untuk bermacam jumlah hadirin.

o       Mudah untuk menyelenggarakan.

o       Banyak orang yang lebih mudah belajar malalui “mendengarkan” daripada “membaca”.

c.       Keterbatasan

o       Hanya sedikit penceramah yang dapat menjadi pembicara yang baik.

o       Peran pendengar pasif.

o       Sulit mencari pembicara yang menguasai permasalahan yang cocok dengan selera pendengar.

o       Feedback sangat terbatas.

o       Pembicara tidak selalu dapat menilai reaksi orang yang belajar.

 

2.   Tanya jawab (interview)

      a.   Tujuan : membahas suatu topik atau masalah secara mendalam.

      b.   Keuntungan  :

§   Publik atau hadirin diwakili oleh penanya.

§   Banyak narasumber kurang suka dengan cara-cara penyajian formal.

§   Tidak kaku seperti ceramah atau kuliah.

      c.   Keterbatasan  :

§   Peran publik pada dasarnya pasif.

§   Penanya harus tahu permasalahan yang ditanyakan.

B. Populasi

 Penyuluhan ini ditujukan kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gesi, Kabupaten Sragen.

C. Media Penyuluhan

1. Flip Chart

    1. Tujuan  :

untuk menyampaikan pesan secara sistematis dengan menggunakan diagram atau gambar.

    1. Keuntungan :

o       Mudah menggugah orang banyak untuk memperhatikan penyuluhan.

o       Mudah dibuat, murah, dapat dibawa ke mana-mana.

o       Hubungan pesan satu dengan yang lain tampak jelas.

o       Pesan yang ruwet dapat diperlihatkan dalam cara sederhana.

o       Memberikan kejelasan dengan sendirinya (self explanatory).

2. Leaflet

a.    Tujuan

o       Sebagai pedoman di rumah.

b.    Keuntungan

o       Dapat dibawa pulang.

o       Mengantisipasi bagi mereka yang tidak dapat melihat flip chart dengan jelas.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim, Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan Wanita Usia Subur.

Boedhiwarsono, (2001), Hematologi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Thoha, Zuraida, Dina Agoes, Widyawati Garini, Umarjono Hadi, (2006), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga, Pusat Promosi Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik indonesia.

Hedi R., S. Wardhini B.P., 2003, Farmakologi dan Terapi : Antianemia Defisiensi,  Penerbit Gaya Baru, Jakarta.

Jellife, D.B., 1994, Kesehatan Anak di Daerah Tropis, Edisi Keempat, Penerjemah: Mira T. Windy, Bumi Aksara, Jakarta.

Liana D., 1998, Komunitas I “Pendidikan Kesehatan Masyarakat dalam Ilmu Kesehatan Komunitas”, Penerbit Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Medicastore, 2004, Anemia Karena Kekurangan Zat Besi, http://www.medicastore.com/med/subkategori_pyk.php?idktg=12&UID=20070329144110203.153.116.107, Medicastore.com.

Prianggoro, Hasto, 2001, Anemia: Waspadai Gejala 5L, http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=12496, Tabloid Nova.

Rifai Hartanto, 2005, Buku Pedoman Pengalaman Belajar Lapangan Surakarta, UNS Press, Surakarta.

Rifai  H, Putu S, Balqis, Anik L,  Etty P, 2005, Hand Out Pengalaman Belajar Lapangan Surakarta, UNS Press, Surakarta.

Siswono, 2004, Pulas = Anemia?, http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1099033770,15587, Indonesian Nutrition Network, Gizi.net.

Sriwijaya Post, 2003, Komplikasi Anemia Sering tak Terduga, http://www.indomedia.com/sripo/2003/12/18/1812gay5.htm, Sriwijaya Post Online.

Stoppard, Mirriam, 1998, Panduan Penjagaan Kanak- Kanak, http://www.sabah.org.my/bm/nasihat/artikel_kesihatan/anemia.htm, Tropical Press.

Suharno, Joko, Yoyoh K. Husaini, Uhum L. Siagan, 1998, Suatu Studi Kompilasi Informasi dalam Menunjang Kesehjahteraan Nasional, dan Pengembangan Program, Puslitbang Gizi, Bogor.

Suparyatmo, J.B., 2003, Pedoman Perkuliahan (Hand Out) Patologi Klinik Fakultas Kedokteran/ Umum Semester VI, Depdiknas Universitas Sebelas Maret, Lembaga Pengembangan Pendidikan, Pusat Pengembangan Sistem Belajar Mandiri (Pusbangjari), Surakarta.

Tim pengelola UPGK Tingkat Pusat, 2000, Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, Tim Pengelola UPGK Tingkat Pusat, Jakarta.

Wilson, P., 1995, Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Wahyuni, Arlinda Sari, 2004, Anemia Defisiensi Besi Pada Balita, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu Kedokteran Komunitas FK USU.

Manalu, Mangatas S.M., Biran, 2006, Infeksi Cacing Tambang, Deka Medika, No. 4, Vol. 19, Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi, Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD/ RS Sanglah, Denpasar.

Medicastore, 2004, Infeksi Cacing Tambang,  http://www.medicastore.com/med/subkategori_pyk.php?idktg=20&UID=20070403103426222.124.162.230, Medicastore.com.

Women’s Health e-Newsletter, 2005, Anemia – Are You at Risk?, http://w3.bcbsga.com/healthwellness/womenshealth/Newsletter/Oct_2005_CA.htm, Women’s Health e-Newsletter, Volume 54, Issue 1, California.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

t:36.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;line-height:150%'>